1
Cerpen
Posted by Putri Maslahatul Maziyah
on
01.07
PUTRI ULIN
Pada jaman dahulu, hiduplah seorang putri bernama Putri Ulin. Sejak kecil ia tinggal sendirian di dalam hutan. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal saat ia masih kecil. Ayahnya meninggal karena diterkam harimau, sedangkan ibunya meninggal pula karena tidak tahan menahan kesedihannya itu.
Karena hidup seorang diri, maka Putri Ulin pun harus mencari makan dan melakukan segala hal dengan sendiri.
Suatu hari,ketika Putri Ulin sedang mencari makan ke hutan, tiba-tiba ia melihat seekor harimau. Putri Ulin sangat ketakutan, ia bingung harus bersembunyi dimana dan apa yang harus ia lakukan agar harimau tersebut tidak menerkamnya, seperti yang telah terjadi pada ayah tercintanya. Karena tidak cukup nyali, iapun memutuskan untuk kembalilagi ke rumah dengan cara berjalan mengendap-endap. Dalam hatinya ia berkata lebih baik aku mati kelaparan daripada harus mati dengan cara yang mengenaskan seperti yang telah terjadi pada ayah.
Sesampainya di rumah, Putri Ulin berpikir keras untuk mnemukan cara bagaimana ia bisa makan hari ini karena perutnya sudah berontak. Tak lama kemudian Putri Ulin keluar rumah dan memetik dedaunan di halaman rumah –yang sekiranya tidak beracun- untuk dimasaknya. Setelah matang. Dedaunan tersebut mulai disantap dengan lahap oleh Putri Ulin yang sudah sangat lapar. Meskipun tidak mengenyangkan, tetpai lumayanlah untuk mengganjal perut untuk hari ini.
Keesokan harinya, Putri Ulin mencoba memberanikan diri umntuk keluar rumah dan berburu binatang lagi. Tak lupa ia membawa peralatan yang sekiranya bisa melindunginya ketika bahaya datang. Dengan penuh kewaspadaan, ia terus berjalan menyusuri hutan demi mendapatkan binatang buruan untuk santapannya hari ini. Setiap ada suara gemerisik dari semak-semak belukar, ia langsung menengok kanan-kiri dengan penuh kecurigaan. Ia tak ingin mati konyol gara-gara diterkam binatang buas. Ia terus berjalan dan berjalan, tetapi belum juga mendapat binatang buruan. Terik matahari pun semakin menyengat, Putri Ulin memutuskan untuk beristirahat sejenak ketika ia menjumpai sungai yang bersih dan bening. Di saat ia melepas dahaga dengan meminum air dari sungai tersebut, ia dikejutkan dengan kebesaran Tuhan. Ia melihat segerombolan berang-berang yang sedang beratraksi di air. Sungguh menakjubkan!! Di saat itulah terbesit keinginan untuk memburu salah satu dari berang-berang tersebut. Tapi ia berpikir, apakah ia tega memburu salah satu dari mereka untuk dimakan? Bagaimana caranya memisahkan salah satu dari merka yang kelihatannya sangat solid? Saat itu juga kebimbangan menghampirinya. Di satu sisi, ia sangat menginginkan berang-berang tersebut untuk mengisi perutnya yang kosong. Tapi di sisi lain, ia tidak tega memburu salah satu dari mereka... tak lama kemudian, datanglah seekor burung dara yang juga ingin melepaskan dahaga di sungai tersebut. Burung dara tersebut menghampiri Putri Ulin. Ia tahu apa yang sedang menjadi pikiran Putri Ulin.
Dan burung tersebut berbicara, “Bunuhlah aku untuk santapanmu! Sungguh aku rela, gadis cantikJ.”
Putri Ulin terkejut, “Kamu kok bisa bicara??”
“Aku ditakdirkan untuk membantu orang-orang sepertimu, gadis cantik. Maka dari itu, bunuhlah aku!” kata burung dara itu.
Putri Ulin semakin terheran-heran, “Apakah yang kamu katakan itu benar? Apakah kamu tidak sedang membohongi aku? Jangan-jangan kamu adalah seekor siluman!”
“Janganlah berpikiran seperti itu gadis cantik. Aku sama sekali tidak ada maksud jahat kepadamu. Untuk itu, bunuhlah aku sebagai santapanmu.”
“Baiklah kalau begitu, aku akan membunuhmu atas perintahmu juga.”
Tanpa berpikir panjang, akhirnya Putri Ulin membunuh burung darah itu dan membersihkannya di sungai sambil melihat atraksi berang-berang yang sedari tadi ia kagumi. Ia pun sangat senang. Di samping ia sudah mendapatkan binatang buruan, ia juga senag melihat kebersamaan yang tercipta di antara gerombolan berang-berang tersebut. Tidak seperti dirinya yang selalu sangat kesepian.
Setelah burung darah itu bersih, Putri Ulin melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan hati gembira.
Sesampainya di rumah, Putri Ulin langsung memasak burung dara yang ia dapatkan tadi. Ditambahi dengan daun-daun yang direbus, burung dara itu kelihatan sangat lezat. Tak lama kemudian, masakannya pun matang. Perutnya sudah tak sabar untuk menampung masakannya tersebut. Tanpa butuh waktu lama, PutriUlin langsung menghabiskan masakannya tersebut. Setelah makan, ia mulai bersih-bersih rumahnyasambil menunggu datangnya waktu petang. Ia bergumam dalam hati “Betapa sulitnya hidup seorang diri. Untuk makan saja harus mencari kesana-kemari. Harus bersusah payah dulu. Huft...”
Jangkrik-jangkrik sudah mulai terdengar suaranya. Itu menendakan bahwa malam pun mulai tiba. Suasana rumah Putri Ulin semakin hening. Hanya terdengar isak tangis seseorang. Dan ternyata itu suara isak tangis Putri Ulin. Setiap malam ia selalu mengadu kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang terjadi kepadanya. Juga karena ia kangen pada orang tuanya yang sudah lama meninggal dunia. Ia mengadu betapa kesepiannya tinggal seorang diri di dalam hutan. Ia berdoa kepada Tuhan agar ia dipertemukan dengan seseorangyang bisa menemani hari-harinya. Tanpa disengaja, ia pun tertidur dalam tangisannya tersebut. Dan ia bermimpi, mimpi yang sangaaat indah! Ia mimpi bertemu dengan kedua orang tuanya di suatu tempat yang sangat bagus. Di dalam mimpi tersebut Putri Ulin curhat betapa merananya hidup sendirian. Susah mencari makan dan tentunya sangat kesepian. Sang ibu pun merasa iba kepada Putri Ulin. Ia memberitahu bagaimana cara mendapatkan makanan dan cara memasaknya. Begitupun juga dengan sang ayah, ia mengajari trik-trik berburu dan menaklukkan binatang. Putri Ulin pun sangat bahagia karena bisa berada di dekat orang tuanya. Tetapi kebahagiaan itu harus berakhir karena ayam sudah berkokok, yang membangunkan Putri Ulin dari mimpi indahnya. Putri Ulin pun jengkel mendengar suara ayam berkokok itu. Tapi di sisi lain, ia sangat senang karena bisa melepas rindu pada orang tuanya, ,eskipun hanya lewat mimpi.
Sejak didatangi mimpi indah itu, Putri Ulin selalu mengawali hari-harinya dengan senyuman. Setiap apa yang ia lakukan pasti tidak luput dari senyum manisnya. Itu merupakan salah satu pesan dari sang ibu melalui mimpi malam itu, agar ia selalu tersenyum pada dunia.
Ia juga melaksanakan trik-trik dari sang ayah “Bersahabatlah dengan mereka (alam), pasti mereka juga akan bersahabat dengan kita”.
-----END-----